Penerapan hemat energi pada bangunan baru dapat dilakukan sejak pada saat perancangan (design). Dalam merancang bangunan baru yang hemat energi, seorang arsitek dapat meneapkan SNI yang berhubungan dengan konservasi energi pada bangunan gedung ( sistem pencahayaan, sistem tata udara dan selubung gedung). Terkait dengan hal ini, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan, yakni :
Di wilayah tropis basah seperti Indonesia pada umumnya, cara pasif dilakukan, terutama untuk mendapatkan penerangan alami dari sinar matahari dengan membiarkan sebagian sinar itu masuk ke dalam ruangan.
2. Cara Aktif
Sebaliknya, melalui penerapan energi dengan cara aktif, energi matahari dikonversi menjadi energi listrik sel solar, kemudian energi lisrik inilah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bangunan yang akan didirikan. Dalam menerapkan perancangan aktif ini, secara simultan umumnya arsitek juga menerapkan strategi perancangan secara pasif.
Tanpa penerapan strategi perancang pasif, penggunaan energi dalam bangunan akan tetap tinggi, khususnya dalam memberikan kenyamanan termal dan visual.
Strategi perancangan aktif dalam bangunan biasanya mempergunakan sel dan cara ini masih tidak banyak dijumpai di Indonesia saat ini. Penggunaan sel solar masih terbatas pada kebutuhan terbatas bagi penerapan di desa-desa terpencil di Indonesia.
Penerapan Hemat Energi |
Sama halnya dengan insulasi gedung, pemasangan selubung ini dapat mengurangi konduksi panas melalui dinding-dinding luar.