” Sudah saatnya Pemda DKI menindak tegas kepada siapa saja yang masih membuang sampah ke kali atau bantarannya.. dengan ketentuan Perda No. 5 / 1988 tentang Kebersihan Lingkungan Dalam Wilayah DKI Jakarta ; ” ---> STOP NYAMPAH DI KALI... tabe'...

Monday, May 16, 2011

Muara Akhir Sampah

Setiap harinya lebih dari 6.000 ton sampah terkumpul di Jakarta. Semuanya bermuara untuk diolah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu ( TPST) Bantargebang atau ke Pusat DAur Ulang dan Komposting (PDUK) Cakung. Baik secara langsung atau melalui pemadatan terlebih dahulu di Stasiun Peralihan (SPA) SUnter. Pemadatan dilakuka untuk mengurangi ritasi truk sampah sehingga proses pengangkutan sampah tidak menambha kemacaetan di jalan. Rata-rata sampah dari tujuh truk dapat dipadatkan kedalam satu kontainer di SPA ini.

Sejak dua tahun belakangan, TPST Bantargebang dikelola oleh pihak ketiga , PT Godang Tua Jaya (GTJ) joint operation PT Navigat Organik Energi Indonesia (NOEI).  Kontrak pengelolaan ini berlangsung selama 15 tahun. Di Bantargebang telah diterapkan teknologi Gassification Landfill Anaerobic Digestion (GALFAD untuk menghasilkan listrik dari gas metan sampah. Produksi energi listrik dari Pembangkit Sampah tenaga Sampah (PLTSa) Bantargebang sampai akhir tahun ini telah mencapai 4 MW dari target 26 MW pada tahun 2023.

Namun, Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengakui, diperlukan waktu untuk menstabilkan pasokan gas metan. Sehingga target produksi listrik dapat terpenuhi. Begitupun dibutuhkan waktu untuk mengimpor mesin pembangkit yang sampai saat ini belum dapat dibuat di dalam negeri.

Di Bantargebang juga telah dibangun pabrik kompos dari sampah organik. Tahun ini kemampuan produksinya telah mencapai 60 ton per hari. Produksi kompos tahun 2013 ditargetkan sebesar 300 ton per hari dari sampah yang berasal dari pasar- pasar tradisional di Jakarta. Diketahui, pasar-pasar tradisional di ibu kota per hari menghasilkan 1.000 ton sampah per hari. Tidak didapati kendala berarti dalam mengejar target produksi kompos ini. Hanya saja, proses pembangunan hangar dan pengadaan mesin-mesin komposting yang modern masih dibutuhkan waktu.

Pengelolaan TPST Bantargebang juga memberdayakan pemulung. Terutama dalam pemilahan sampah layak daur ulang. Pada tahun 2013 di Bantargebang direncanakan pembangunan industri biji plastik daur ulang.
Selain TPST Bantargebang yang terletak di Kota Bekasi, Dinas Kebersihan DKI Jakarta juga bekerja sama dengan PT Wira Gulfindo Sarana (WGS) yang mengolah sampah di dalam kota. Yaitu, di PDUK Cakung. Instalasi yang beroperasi sejak 2007 ini menerapkan teknologi Ball Press, Komposting, dan SPA (Stasiun Peralihan Antara/Press Sampah).

Ke depan, teknologi PDUK akan ditingkatkan menjadi Intermediate Treatment Facility (ITF) atau TPST dalam kota dengan teknologi tinggi (zero waste), tepat guna, dan ramah lingkungan. Sebanyak 1.300 ton sampah tiap hari akan diolah menjadi listrik berdaya 15 MW dan 50 ton per hari kompos berkualitaas tinggi. Pelelangan ITF Cakung akan dilaksanakan pada awal tahun 2011, dan direncanakan ITF Cakung akan beroperasi secara penuh awal tahun 2012.

Seperti halnya PDUK Cakung, SPA Sunter juga direncanakan untuk dikembangkan menjadi ITF berkonsep zero waste dan ramah lingkungan. Pengembangananya melalui pola kerja sama dengan pihak ketiga, sehingga tidak terlampau membebani keuangan daerah. “Pembangunan ITF tentu dilaksanakan setelah dilakukan kajian teknologi, finansial, dan AMDAL,” ujar Eko Bharuna, Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta.
Pemprov DKI Jakarta juga berkeinginan memiliki TPST di sisi Barat yaitu di Ciangir Kabupaten Tanggerang. Hal ini  untuk melengkapi masterplan pengelolaan sampah ibu kota. TPST Ciangir akan melengkapi TPST Bantargebang di sisi timur dan ITF-ITF di dalam kota.

Namun, proses pembangunannya menghadapi sejumlah kendala. MoU antara kedua pemerintah daerah, DKI Jakarta dan Kabupaten Tanggerang, berakhir 28 Agustus 2010. Saat ini, sedang dilakukan proses negosiasi alternatif teknologi dan pembiayaan.

0 komentar: